silahkan singgah... semoga nyaman...

Counters
Showing posts with label biru. Show all posts
Showing posts with label biru. Show all posts

Sunday, February 6, 2011

....Ketika

Ketika suatu masalah merayapi kita,
dan kau memilih menelan getirnya egomu bulat-bulat,
tiada yang bisa kuperbuat
selain merelakan butiran tangis jatuh dan luruh perlahan.

Sayang...
Maaf jika aku hanya manusia tak sempurna,
yang selalu berusaha menaklukkan egomu dengan air mata.

Tapi taukah kau?
Aku hanya tlah kehabisan cara membuatmu mengerti
apa yang aku rasa.
Itu saja...

Wednesday, June 17, 2009

Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

This is one of my favourite poem. Karya Sapardi Djoko Damono, seorang maestro puisi cinta, begitu kalangan sastrawan menyebutnya. Dan hal yang membanggakan saya adalah, saya pernah bertemu dengan beliau..hihi...

Check this one out Bertemu Sang Maestro Puisi Cinta

Monday, March 30, 2009

diamlah

diamlah
hiburmu tak membantu
justru tajamkan sadarku
akan sakit dan sesal mencintaimu

sungguh diamlah
takkan lenyap lara di kalbu
meski kau rangkai kata-kata manis itu

dekap saja raga ini sejenak di bahumu
hingga luruh segenap air mataku nan pilu
inginku, cukup kau ingat adaku
juga kisah kita yang terlalu biru

maka diamlah
sebab dalam diam, aku akan berlalu
demi bahagiamu

Friday, March 27, 2009

Bukan Salah Rasa

Seharusnya kita dipertemukan dalam skenario yang berbeda, dimana kau lebih dulu menemukanku (daripada dia) dan memilihku. Sebab rasanya sakit saling tahu perasaan masing-masing namun terpaksa harus saling melepaskan.

Aku lupa kapan tepatnya rasa itu datang, tapi aku tak mungkin lupa bagaimana rasanya ketika ia datang. Aku tahu kau pun tahu, sebab kau pun merasakan.

Jadi jangan salahkan rasa, bukan inginnya datang disaat tak tepat.. Salahkan saja dirimu yang terlambat temukanku.

Saturday, March 14, 2009

Aku Melihatmu

Aku telah melihatmu,

Jauh disana.

Bersama dia dan para malaikat kecil,

Tertawa..

Rupanya aku telah melihat titik,

Akhir dari sebuah perjalanan garis kita.

Satu titik,

Yang juga akan mengawali garisku berjalan,

Tanpamu..

Sebab kamu telah memilih

Untuk diam.

Baiknya aku mulai melangkah

Membawa cinta dan luka ini pergi,

Ke arah yang berlawanan

Menjauhimu..

Thursday, February 19, 2009

lagu #2: Masih Cinta

Tik tik tik waktu berdetik
Tak mungkin bisa kuhentikan
Maumu jadi mauku
Pahit pun itu ku tersenyum

Kamu tak tahu rasanya hatiku
Saat berhadapan kamu

Tik tik tik air mataku
Biar terjatuh dalam hati
Mauku tak penting lagi
Biar kubuat bahagiamu

Kamu tak tahu rasanya hatiku
Saat berhadapan kamu
Kamu tak bisa bayangkan rasanya
Jadi diriku yang masih cinta

Kamu tak tahu hancurnya hatiku
Saat berhadapan kamu
Kamu tak bisa bayangkan rasanya
Jadi diriku yang masih cinta

Lirik lagu Kotak tersebut begitu terang-terangan menusuk saya. Hingga kadang melilit perasaan saya yang masih kehilangan dia. Sementara rasa ini masih bertengger agung di tiap sudut hati. Sungguh menyakitkan.


Kotak ~ Masih Cinta









Get more songs & code at www.stafaband.info

Wednesday, February 18, 2009

Lupakan Saja Cinta

Cintamukah itu yang berkata
Untukku habis sudah
Tiada sisa
Jadi lupakan saja

Bukan cinta
Untukmu tiada surut setetespun
Hanya saja kau tak perlu tau
Diam-diam pun masih kusimpan
Keping kenangan indah kita

Lalu kenapa lupakan saja
Menderai butiran airmata
Bukankah kita telah saling tau
Telah saling menerima
Lalu telah saling cinta

Lupakan saja lebih baik
Kau adalah ombak berkejaran
Jangan khianati laut yang setia
Demi memeluk pantai yang rindu
Pulanglah
Kutau kau telah lelah

Thursday, February 12, 2009

why do I must love him*?

*him refers to my secret love


Seperti itulah kira-kira pertanyaan yang saya dapat dari para sahabat setelah mendengar kisah ini. Memang hanya pada merekalah saya berani bercerita. Bagaimanapun saya tidak kuat memendamnya sendiri. Saya percaya bahwa tidak satu manusia pun di dunia ini yang merasa nyaman mengubur sesuatu dalam hatinya. Mungkin ada yang bisa melakukannya, namun itu akan terasa menyiksa dan mengganjal.

Pertanyaan itu juga yang terus menggelayut di benak saya hampir setahun ini. Tepatnya sejak saya merasakan perasaan aneh yang begitu indah dan tak terhingga, yaitu ketika lahir dan batin saya dikuasai oleh kekuatan ajaib bernama cinta. Sungguh kekuatan yang amat magis, sulit diterjemahkan dan semakin lama semakin mencengkeram jiwa dan raga. Yang membuat saya begitu keras kepala untuk tidak berpaling pada orang lain untuk saya cinta dan membuat saya lupa diri hanya demi tidak kehilangannya. Bahkan ketika realita di depan saya menyuguhkan kenyataan bahwa mencintainya tidak memberi apa-apa selain luka dan pada akhirnya dosa.

Entah kenapa ada sederet keraguan setiap saya berusaha membunuh hasrat mencinta terhadapnya. Memang benar kata orang bahwa cinta itu buta. Cinta tidak dapat melihat apalagi memilih. Cinta datang begitu saja tanpa memandang perbedaan yang besar sekalipun.

Barangkali pemikiran itulah yang, tanpa saya sadari, membuat saya membiarkan pertanyaan itu tak pernah terjawab sampai sekarang. Saya tak pernah memberikan ruang untuk logika menjawabnya. Padahal seringkali logika tidak sepaham dengan cinta. Saya justru lebih sibuk bertanya-tanya apakah dia juga mencintai saya. Selalu saja saya menerka-nerka perhatian dan sayang yang dia berikan selama ini adalah bentuk sebuah cinta yang nyata. Sementara saya tahu betul dia tak berhak lagi mencinta. Saya membenarkan takdir mempertemukan saya dengannya, namun saya tidak bisa menerima kenyataan bahwa saya tidak ditakdirkan untuk melebur cinta dengannya. Saat itu.

Kembali tentang pertanyaan ‘kenapa saya harus mencintainya’, saya rasa pertanyaan itu seharusnya tidak pernah saya pertanyakan. Karena pertanyaan itu justru akan terus melahirkan keinginan saya untuk mencari tahu lebih tentangnya. Yang ujungnya hanya akan membuat saya semakin mencintainya.

Kini saya sedang berusaha membangun dinding terhadapnya, entah sudah benar atau belum saya menyusunnya. Bukan hanya untuk melindungi saya dari godaan untuk mencintainya, lagi, namun untuk melindunginya juga dari segala tentang saya (lelaki mana yang bisa menolak seorang saya. Hehe^^) yang kadang terlampau ekspresif menyatakan cinta.

Cinta itu ternyata ibarat rumput liar. Yang ketika ia menemukan tanah yang subur untuk berkembang, ia akan tumbuh dan berkembang biak dengan pesat. Apalagi jika si pemilik tanah tersebut merawatnya baik-baik, memberinya pupuk dan air yang cukup. Lama-lama semakin kuat akarnya menghujam tanah hingga sulit untuk dicabut.

Begitu juga cara kerja cinta. Cinta yang terlanjur mengakar akan sulit untuk dihapus meski kenyataan tak berhenti mendesaknya untuk mengubur rasa itu. Seperti cintaku terhadapnya.

Cinta memang buta. Tapi saya tidak buta dan tidak boleh membutakan diri untuk melihat realita. Bagaimanapun juga, cinta terhadapnya memberikan saya lebih dari sekedar kesenangan dan perasaan yang membahagiakan. Melainkan juga semangat dan pengalaman yang amat berharga. Dan segala tentangnya akan selalu ter-frame dalam memori saya sebagai bagian dari petualangan cinta yang indah.

Memilih untuk melepasnya adalah hal paling menyedihkan sekaligus paling benar saya lakukan. Saya yakin kebahagian dan kesedihan datang silih berganti, tidak mungkin bersamaan. Maka saya pun percaya, bahwa suatu saat kesedihan ini akan tergantikan dengan kebahagiaan baru yang mungkin sedang menunggu untuk dilalui. Yang akan datang menjemput ketika semua telah usai saya tangisi.