silahkan singgah... semoga nyaman...

Counters
Showing posts with label jalan-jalan. Show all posts
Showing posts with label jalan-jalan. Show all posts

Tuesday, January 18, 2011

Pohon Buat Anak Cucu

-It was my first time to Mekarsari... So excited-

Pagi itu mendung, tapi tidak mengurungkan niat kami pergi kesana. Ya, kami yang saya maksud adalah saya dan sang kekasih pujaan hati^^. Butuh perjuangan untuk bisa sampai kesana, sebab cuaca seakan tidak mendukung kami yang ingin menghabiskan waktu bersama.

Hujan akhirnya ditumpahkan juga oleh mendung yang tak bersahabat, belum lagi jalanan yang penuh lumpur, berlubang, bergelombang, dan paling menyebalkan adalah macet padat merayap. Tapi setelah sampai di Mekarsari semuanya terbayarkan, bahkan cuaca tiba-tiba cerah dan bersahabat. Thank God..

Kami memulai petualangan wisata buah dengan mengikuti paket Greenland Tour. Harga tiket per orang hanya Rp 50.000,-. Saya bilang 'hanya' karena saya rasa ini tidak mahal untuk sebuah tour yang menyenangkan, ditambah oleh-oleh buah2an, souvenir cantik, dan bibit pohon gratis, juga pengalaman tak terlupakan.

Tour dimulai dari pintu masuk area greenland zone dengan menggunakan kereta mini yang menyenangkan. Kami berada di gerbong kedua bersama dengan turis lain yang sama excitednya dengan kami. Kereta berjalan dengan lambat menyusuri kebun2 buah yang berjejer rapi antara satu pohon dengan pohon yang lain.

-Dalam kereta mini-

Pohon buah apa saja ada disini, dari nangka, belimbing, Durian Gundul, Abiu, Rambutan dan banyak lagi. Kami mengunjungi stand Sawo Durian, Salak, Belimbing Malaya, juga Melon dan mendapatkan beberapa buah tangan dari tiap stand. Menarik sekali berwisata buah di Mekarsari.

-Di stand Sawo Durian-

-Kebun Melon-

Selesai tour kami menuju ke Garden Center untuk mengambil bibit tanaman gratis. Seharusnya kami hanya membawa pulang 2 bibit pohon, tapi ada bapak2 baik hati yang memberikan 3 kupon untuk kami sehingga totalnya 5 bibit pohon kami bawa pulang. Betapa senangnya.hehe.. Apalagi kekasih saya adalah orang yang sangat cinta tanaman dan peduli lingkungan. He desperately loves plants, gardening and stuff like that. Go green spirit!!!

-Garden Center-

-That's my loved one....surrounded by plant seeds-

Hari menjelang sore kami pulang setelah puas berwisata di Mekarsari. Sambil merapikan bibit tanaman yang akan kami bawa pulang dia berkata, "Ini buat anak cucu kita nanti "...

Sunday, August 2, 2009

Pesona Batik Sebagai Ikon Solo

Batik merupakan ciri khas yang telah melekat pada kota Solo. Tidak bisa dipungkiri bahwa citra Solo sebagai kota budaya di Indonesia sebab masih kuatnya nilai tradisi dan adanya ciri khas tersebut.

Untuk semakin memperkuat citra Solo sebagai kota batik, beberapa bulan yang lalu diselenggarakan beberapa acara yang mengusung batik sebagai tema utama. Seperti pada akhir bulan Juni kemarin, tepatnya hari Minggu (28/6), Solo Batik Carnival 2 (SBC 2) digelar di sepanjang jalan Slamet Riyadi dengan tema karnaval yaitu topeng tradisi. Acara ini digelar sebagai kelanjutan dari SBC tahun lalu dimana pada tahun ini menarik antusias peserta sehingga menjadi semakin banyak. Pergelaran semacam ini telah menjadi agenda tahunan kota Solo dengan harapan dapat menjadi ajang untuk memperkenalkan Solo lebih luas sebagai kota Batik, terutama secara internasional.

- Solo Batik Carnival 2 -

Selain karnaval yang digelar dengan mengusung tema batik, untuk kali pertama pemkot kembali menggagas acara Solo Batik Fashion di pasar Ngarsopuro pada awal Juli lalu selama tiga hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 10-12 Juli 2009. Event fashion ini diikuti oleh beberapa desainer lokal, UKM dan pengrajin batik terutama di wilayah kampung batik Solo, serta desainer tamu asal Yogyakarta. Acara ini juga rencananya akan menjadi agenda tahunan kota Solo. Menurut walikota yang hadir pada pembukaan acara tersebut, tujuan Solo Batik Fashion ini sendiri adalah sebagai upaya agar batik tidak sampai diserobot negara lain.

- Para model sedang berpose saat jumpa pers acara Solo Batik Fashion di Loji Gandrung -
- Pak walikota (3 dari kiri) saat peresmian event World Heritage Cities Expo -

Dalam usaha memperkenalkan batik sebagai ikon Solo, setiap ada perhelatan tertentu, baik yang berskala lokal sampai internasional, para pejabat termasuk walikota sendiri selalu mengenakan busana batik. Sehingga diharapkan kedepannya batik tidak hanya populer di kalangan pegawai pemerintah, di instansi daerah atau di tempat kondangan saja. Tapi juga di masyakarat luas, baik lokal maupun internasional.

Dan sebagai orang Solo, saya pun mencintai batik. Yang juga mendorong saya memiliki keinginan sederhana, seperti berangan-angan suatu saat punya usaha batik sendiri. Amin..

Thursday, May 14, 2009

Potret Eksotisme Budaya Solo - part 1

- Gerbang Utara Keraton Kasunanan Solo -
- Pura Mangkunegaran -
- Para abdi dalem keraton -
- Saat Kirab World Heritage 2008 -
- Puteri Indonesia 2007 ikut kirab budaya-
- Jalan Slamet Riyadi di pusat kota -
- Balaikota yang letaknya berhadapan dengan pasar Gede -
-Pasar Gede yang legendaris -
- Gedung Bank BI karya arsitektur Belanda -
- Papan nama jalan di Solo lengkap dengan aksara Jawa -
- Suasana hari Minggu di Stadion Manahan -
Photos captured by Pondrafi and Mel

Friday, May 8, 2009

SOLO : MY HOMETOWN IN CENTRAL JAVA

Untuk posting jalan-jalan kali ini saya ingin memperkenalkan pesona kampung halaman saya, yaitu Solo atau dengan nama lain Surakarta. Mungkin banyak yang pernah dengar tentang kota Solo, namun belum pernah secara langsung berkunjung ke Solo. Jadi saya pikir tidak ada salahnya menceritakan sedikit tentang kampung halaman saya yang sederhana ini. Semoga posting ini bermanfaat.

Solo merupakan kotamadya yang dikepalai oleh walikota. Kota budaya yang nyaman dan dinamis ini berlokasi kurang lebih 3 jam dari Semarang atau 2 jam dari Yogyakarta. Kota di Jawa Tengah yang dilewati sungai Bengawan ini menawarkan ketenangan hidup di kota kecil. Temukan suasana nyaman kehidupan kota kecil ini dengan keunikan tradisi dan keramahtamahan penduduknya.

Budaya Jawa dapat kita lihat mewarnai hingga setiap sudut kota. Adanya pemerintahan kerajaan di kota ini memberi cukup besar pengaruh terhadap kebudayaan masyarakat dan kemajuan lingkungannya. Namun perhatikan bagaimana bangunan bersejarah seperti Keraton Solo maupun bangunan peninggalan penjajahan bergaya Belanda seperti gedung Bank Indonesia masih dapat terpelihara dengan baik, seiring makin pesatnya pusat-pusat pertokoan dengan arsitektur modern.

Jika dibandingkan dengan Yogyakarta, Solo terbilang masih kurang untuk mendapat julukan sebagai kota wisata. Selain karena tidak terlalu banyak tempat yang mempunyai nilai sejarah, juga karena Solo merupakan kota yang kecil yang belum cukup terkelola dengan sempurna potensi wisatanya. Namun banyak tempat yang menarik dan perlu dikunjungi saat singgah ke Solo.

Kenali lebih dekat tradisi Solo dengan berkunjung ke Keraton Kasunanan Surakarta dan Puro Mangkunegaran, atau saksikan kemegahan pergelaran kesenian Jawa di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Rasakan pula nuansa budaya Jawa yang lekat bersama masyarakat Solo saat peringatan peristiwa tertentu dan bersiaplah terkesan dengan kemeriahan karnaval atau arak-arakan keraton berbusana Jawa lengkap menyusuri sepanjang jalan utama, atau keceriaan festival seperti Sekaten yang biasanya berlangsung di alun-alun Utara. Seperti sudah menjadi agenda tahunan, di kota yang kecil ini memang selalu ada perayaan tradisional, baik yang diselenggarakan oleh pihak keraton maupun pemerintah kota.

Perayaan yang juga tak kalah meriah adalah setiap peringatan hari jadi kota Solo. Berbagai kegiatan seperti gerakan penghijauan dan kerja bakti se-kota Solo diadakan, biasanya juga ada acara yang digelar mengusung adat Jawa gaya Surakarta. Seperti kirab budaya dari yang bertaraf nasional hingga internasional. Lalu ada juga pergelaran wayang orang. Bahkan upacara peringatan HUT kota Solo yang dilaksanakan di halaman balaikota juga bertata laksana adat Jawa, dimana para peserta upacara mengenakan busana Jawi serta aba-aba dalam upacara juga berbahasa Jawa. Semua ini dimaksudkan supaya budaya Jawa bisa tetap dilestarikan.

Selain hiruk-pikuk berbagai perayaan yang diadakan, beberapa tempat di sudut kota ini juga bisa menjadi daya tarik yang berbeda ketika berkunjung ke Solo. Pada hari Minggu pagi, sambil berolahraga di stadion Manahan, temukan shelter-shelter (kios) di sekitar area stadion yang menjual aneka khas Solo, dimana kita bisa mencicipi Nasi Liwet sampai berbelanja batik Solo.

Jika hobi shopping dan ingin membeli batik khas Solo dengan harga yang bisa ditawar, maka pasar Klewer adalah tempat yang tepat. Sedang untuk mendapatkan batik Solo berkualitas ekspor, sentra batik Kauman lah tempat yang tepat. Temukan pula sensasi berbelanja di pertokoan sepanjang Jl. Slamet Riyadi yang merupakan pusat kota, mulai dari mall, factory outlet hingga pasar seni tradisional. Kunjungi pasar Triwindu jika kita suka mengkoleksi barang-barang antik dan unik.

Dan bagi yang hobi hunting makanan (seperti saya), kota ini merupakan tempat wisata kuliner yang sempurna. Kita bisa mendapatkan makanan khas Solo, seperti timlo, nasi liwet, selat Solo sampai makanan yang sesuai dengan selera perut. Baik restoran mewah maupun lesehan ala Jawa, atau makanan yang menggunakan pincuk (alas makan dari daun pisang) sampai yang menggunakan hot plate, semua tersedia disini. Bahkan kita tidak perlu khawatir jika tengah malam terbangun dengan perut keroncongan, karena tempat makan di Solo banyak yang buka 24 jam.

Nikmati pula suasana menelusuri kota Solo dengan alat transportasi tradisional, yaitu becak. Tentunya jangan lupa membeli oleh-oleh serabi Notosuman atau intip (kerak nasi berbumbu) untuk keluarga maupun orang-orang yang tersayang.

Mulailah mempertimbangkan kota Solo sebagai tempat tujuan berlibur bersama keluarga atau orang terdekat dan dapatkan pengalaman tak terlupakan dengan merasakan kenyamanan dan kehangatan kunjungan ke kota Solo.

Foto-foto tentang kota Solo Insya Allah akan saya tampilkan di posting berikutnya.

Sunday, March 1, 2009

ANTARA SOLO-JOGJA (prameks bagian-2)

Sebelum baca posting ini, ada baiknya baca dulu 1 jam prambanan ekspress biar jalan ceritanya nyambung.

OK. Sampai mana ya kemarin? Sambil mengingat-ingat kembali suasana di Prameks waktu itu, saya mau cerita sedikit untuk prolog.

Saya suka jalan-jalan, terutama ke tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi, atau pernah namun jarang saya kunjungi. Baik untuk tujuan tertentu, atau sekedar untuk refreshing saja. Dulu, bapak saya adalah seorang 'petualang'. Berkat pekerjaannya juga, beliau sempat menjelajahi beberapa negara. Mungkin dari situlah menurun jiwa 'petualang' pada diri saya. Minimal saya punya keberanian untuk bepergian sendiri. Tentu dengan persiapan yang matang, tidak asal pergi. Dan yang terpenting seijin orang tua. Walau kadang suka sengaja, pamitnya belakangan setelah sampai tujuan atau setelah pulang. Hehe^^.

Kembali ke perjalanan saya dengan Prameks kemarin.

Selanjutnya, ke bagian kanan saya persis. Duduk anak muda yang autis dengan HP nya. Entah sibuk sms lah, mendengarkan musik lah, atau sekedar main-main. Seolah-olah ia hanya hidup dengan HP-nya saja di dalam kereta itu. Penampilannya mahasiswa. Hampir seumuran dengan gadis berjilbab di depan saya.

Lalu duduk di sebelah kiri saya, bahkan hampir mempet saya, dan yang paling menyita perhatian saya selama perjalanan, adalah seorang bapak dengan anak perempuan berumur 10 tahunan dipangkuannya.

Bapak itu berusia sekitar hampir 40 tahun. Beberapa uban sedikit terlihat mengintip dari bawah topinya. Barangkali itulah salah satu tujuan orang mengenakan topi, untuk menutupi tanda-tanda usia. Si anak lucu sekali, rambutnya agak ikal dan dikuncir dua. Tampak cantik dan centil dengan kaos terusan berwarna pink. Yang setiap melihat tingkah bapak-anak itu sepanjang perjalanan mengingatkan saya akan sesuatu.

Saya sempat ngobrol dengan mereka. Mereka juga tinggal di Solo. Tujuan mereka ke Jogja, ketika saya tanya si bapak, adalah mengajak anaknya jalan-jalan ke Malioboro sekaligus memberi pengalaman pertama anaknya naik kereta (seperti saya dulu).

Mereka terlihat sangat dekat dan akrab satu sama lain. Beda dengan keluarga (tidak bahagia) di depan saya. Bapak satu ini lebih terlihat sangat menyayangi anak perempuannya, begitu juga sebaliknya.

Si anak banyak bicara, banyak bertanya, dan si bapak dengan lembut menjawab pertanyaan anaknya. Saya kerapkali melihat bapak itu mencium kening atau rambut anaknya. Si anak juga terlihat sangat manja menggelayut pada bapaknya. Berkali-kali memeluk bapaknya seakan hanya bapaknyalah satu-satunya yang dia punya dan sayang di dunia.

Anak itu manis sekali, ia memanggil bapaknya dengan sebutan 'papi'. Ketika troli jualan lewat, papinya menawari mau beli minuman apa tidak. Si anak terlihat senang, lalu mengambil salah satu minuman kotak. Setelah itu papinya mengambil uang dari dompet lalu mengangsurkannya pada pedagang itu. Si anak tiba-tiba berkata, 'makasih ya, Pi udah dibeliin'. Saya terkesiap mendengarnya.

Dalam hati ada semacam perasaan aneh yang membuat saya larut didalamnya. Membawa saya kembali tentang sesuatu di masa lalu. Sesuatu itu awalnya terasa meneduhkan ketika mengingatnya, kemudian perlahan terasa menyesakkan dada. Semacam perasaan iri sebenarnya. Bukan iri karena dulu saya tidak sedekat itu dengan bapak saya. Alhamdulillah hubungan saya dan bapak juga baik-baik saja. Melainkan saya iri akan sesuatu yang lain melihat hubungan bapak-anak ini. Sesuatu yang berhubungan dengan 'dia'.

Lagi-lagi dia... Selalu saja berenang-renang dalam otak saya dimanapun saya berada. Seolah semua hal yang saya lihat, dengar dan rasakan telah bersekongkol dengan dia. Selalu memaksa saya untuk tidak melupakannya.

Perasaan yang berkecamuk dalam diri saya tersebut buyar ketika kereta melambat. Tanda saya telah tiba di stasiun Lempuyangan. Maka saya berpamitan dengan keduanya. Dan sedikit berharap ketika pulang bisa bertemu dengan mereka lagi.

Sayangnya saat pulang petang itu, saya tidak bertemu mereka. Malahan saya hampir ketinggalan kereta. Sialnya lagi, saya terpaksa duduk di bawah karena tidak kebagian tempat. Untungnya saya bukan satu-satunya yang duduk di bawah. Tidak terlalu buruk sih, karena saya mencoba menikmatinya supaya nyaman. Tapi tetap saja menyebalkan ketika harus bergeser setiap kali troli jualan lewat.

Sebenarnya itu adalah kali kedua saya naik Prameks tidak dapat tempat duduk.


Tips dari saya bila naik kereta, jangan lupa bawa koran. Siapa tahu tidak dapat tempat, jadi bisa buat alas duduk di bawah.

Selain itu, jangan lupa buang air dulu sebelum naik kereta, karena toilet di kereta amat sangat tidak higienis.
Bahkan kereta eksekutif sekalipun. Dulu pernah waktu ke Jakarta saya sampai harus nahan pipis selama hampir 7 jam setelah tahu toiletnya kurang bersih (mana nahannya sambil kedinginan AC lagi^^).

Friday, February 27, 2009

1 JAM PRAMBANAN EKSPRESS

Tulisan ini saya tulis (sebelum saya sempurnakan) ketika saya baru tiba di stasiun Lempuyangan, Jogja. Tepatnya setelah turun dari kereta Prambanan Ekspress (Prameks) pukul 13.45 WIB siang. Karena merasa bosan menunggu waktu, maka saya putuskan menulis saja. Toh acara yang akan saya datangi mulainya masih lama. Kira-kira masih 1 jam lebih.

Saya mencari tempat duduk yang kosong di antara beberapa bangku panjang yang berderet di tengah-tengah jalur kereta 1 dan 2. Lalu mengambil dari dalam tas, pen steadler 01 dan buku bersampul marun bertuliskan 'eksklusive agenda' di-embosed emas di bagian mukanya. Saya mulai memutar otak. Mengulang kembali perjalanan saya, dari sejak berangkat naik Prameks kurang lebih 1 jam yang lalu.



Baiklah...
Saya mulai dengan menceritakan pengalaman saya naik kereta pertama kali waktu kecil (lho kok jauh amat kilas baliknya). Biar saja, ini kan blog saya, suka-suka saya dong. Hehe^^

Dulu pertama kali naik kereta ya naik Prameks ini. Sekedar untuk memperoleh pengalaman naik kereta buat apa bayar mahal dan pergi jauh. Mungkin begitu pikir orang tua saya dulu ketika mengajak kami (saya dan kedua saudara laki-laki saya) ke Jogja. Saat itu tarif Prameks masih dibawah 5 ribu. Saya lupa tepatnya 2 ribu atau 3 ribu.

Senangnya bukan main waktu itu, maklumlah anak-anak. Sepanjang perjalanan kami terjaga demi tidak melewatkan pemandangan diluar jendela, yang menurut saya sekarang biasa saja, paling-paling sawah atau sungai.

Sekarang setelah dewasa, saya lebih tertarik mengamati orang-orang yang berada satu gerbong dengan saya. Memandang pohon, sawah, gunung, rumput, sungai, jembatan yang melesat cepat di luar jendela tak lagi menarik bagi saya, malah bikin pusing.

Kereta Prameks yang baru saya tumpangi ini berbeda dengan kereta lama. Terakhir kali saya naik Prameks kira-kira 2 tahun yang lalu, dan gerbongnya tidak seperti sekarang. Jadi, yang baru ini tempat duduknya saling berhadapan antara satu kursi panjang di sisi kanan dan satu di sisi kiri gerbong. Sehingga saya lebih leluasa memperhatikan orang lain di depan saya satu persatu tanpa membuat mereka kege-eran karena diamati. Namanya juga duduk berhadap-hadapan.

Saya mulai pengamatan dari yang duduk di deretan depan saya. Tepatnya paling ujung kanan dekat pintu gerbong, ada seorang ibu berusia 40 tahunan lebih. Ia membawa 2 tas, satu tas tangan dipeluk dan satu tas lagi diletakkan didekat kakinya. Secara fisik dia masih terlihat cantik dan seksi untuk wanita seumuran dia. Penampilannya cukup modis, kulit putih bersih, rambut diwarna merah. Make-up minimalis namun masih terkesan orang kaya bak ibu-ibu arisan berlian. Sayang wajahnya tidak terlalu bersahabat, agak terkesan sombong. Mungkin dia adalah istri orang penting, hingga saking padat kesibukan suaminya, dia sampai harus pergi keluar kota sendiri dengan kereta. Dia pun akhirnya memilih untuk menikmati kesibukannya sendiri. Dan sepanjang perjalanan dia memejamkan mata namun tidak tidur dan tidak bersandar ke belakang. Hanya memejam mata saja dan beberapa kali mengangkat handphone-nya yang berdering layaknya orang penting.

Sebelah kanan ibu itu ada sekeluarga yang menurut saya kurang bahagia (sok tahu ya). Habis wajah mereka tidak ada yang tersenyum. Mulai dari kanan: si bapak, si ibu dan 2 anak laki-laki seumuran SD. Anak-anak, seperti kebanyakan anak-anak lainnya (termasuk saya dulu), tentu saja sibuk memperhatikan keluar sambil makan permen dan bercanda-canda sedikit. Sedang si bapak dan ibu, saya perhatikan keduanya meski bersebelahan tidak saling bercakap-cakap sepanjang perjalanan. Keduanya sibuk dengan lamunan masing-masing. Kadang si ibu sesekali mengingatkan anak-anaknya untuk duduk rapi. Mungkin suami-istri itu sedang ada masalah. Ataukah hubungan mereka telah sampai pada titik dimana hasrat cinta sudah mulai memudar. Lalu mulai memandang bahwa tujuan bersatunya mereka sekarang adalah hanya tentang membesarkan anak-anaknya dengan baik. Atau mungkin juga saya salah.

Setelah mereka, ke kanan lagi ada seorang kakek sekitar 70 tahun dengan pakaian sederhana. Perkiraan saya, kakek itu adalah seorang petani atau buruh atau tukang. Sebab kulit keriputnya gelap dan urat-urat yang kendur tampak jelas menonjol di permukaannya. Seperti pekerja kasar yang telah bekerja keras di bawah terik matahari selama bertahun-tahun. Sepanjang perjalanan kakek itu tidur sambil tertunduk. Kelihatannya terlalu letih di jalan sehingga nyenyak sekali tidurnya. Atau memang sengaja tidur karena ingin segera sampai dan bertemu dengan si nenek yang sedang menunggunya dengan setia di rumah.

Di kanan kakek itu, seorang gadis cantik, berjilbab, seumuran lebih muda dari saya. Kayaknya sih dia mahasiswi yang pulang kampung. Dia membawa tas ransel penuh di pangkuannya. Seperti saya, dia juga terjaga sambil memperhatikan gerak-gerik sekitarnya.

Lanjut ke posisi kanan berikutnya, seorang wanita 30 tahunan yang kelihatannya masih single. Terlihat sangat mandiri dan sibuk. Sepanjang perjalanan hanya menerawang entah kemana. Mukanya seperti sedang memendam masalah berat. Barangkali masalah pekerjaan yang menumpuk, atau masalah jodoh yang tak kunjung datang. Barangkali juga dia hanya sedang merasa bosan dengan kemonotonan hidupnya. Entahlah.

Sebelah kanan wanita itu berderet 4 bapak-bapak. Kalau saya amati dari penampilan, mulai dari yang kanan ke kiri:
Bapak pertama, pengangguran. Karena ketika troli jualan lewat, dia membeli koran lalu membaca pada kolom lowongan.
Bapak kedua, pegawai dengan gaji rendah. Karena mengeluarkan uang untuk membeli koran saja dia sayang, sehingga hanya bisa melirik koran tetangganya (bapak pertama) untuk numpang baca.
Bapak ketiga, a family man, membawa beberapa bungkus tas berisi oleh-oleh. Sering menelepon, dan kelihatannya menghubungi rumah mengabari sudah sampai mana, lalu anak-anak bagaimana, dan sebagainya.
Bapak ketiga, orang kaya, sepertinya sih pengusaha batik. Karena membawa 4 bungkus plastik bertuliskan Danar Hadi penuh dengan batik-batik yang pasti harganya selangit. Dia sendiri juga mengenakan baju batik yang tampak mahal.

OK, sekian dulu deh pengamatan saya yang sok tahu. Kelihatannya sudah terlalu panjang. Insya Allah akan saya lanjut di bagian 2. Tentang penumpang yang menurut saya paling menarik perhatian saya. Lalu tentang perjalanan pulang saya.