silahkan singgah... semoga nyaman...

Counters

Monday, May 4, 2009

Seorang Istri Seharusnya...

Posting ini sengaja Mel tujukan untuk para istri
yang sedang merasa tidak berhasil menjalankan
perannya dalam berumahtangga,
semoga bisa sedikit membantu...


Pada dasarnya pria lebih mudah jatuh cinta, dan sekali ia menemukan cinta ia akan melakukan apapun untuk membahagiakan wanita yang dicintanya. Sedang wanita, pada dasarnya lebih suka dicintai, ia rela melakukan apapun untuk dapat dicintai pria pujaannya.

Namun setelah terjadi ikatan pernikahan, keadaan seperti berbalik, pria seolah-oleh lebih senang dicintai daripada mencintai. Karena para pria, sekali ia mencemplungkan diri ke dalam sebuah perkawinan, ia akan melihat masa depan sebagai situasi yang santai dan aman karena ia merasa rumah dan kenyamanan sudah terjamin dengan keberadaan istrinya.

Lalu saat suami merasa kehidupannya telah terjamin oleh istrinya, ia akan menumpahkan segala daya upaya untuk menggeluti bagian terpenting dari hidupnya, yaitu karir. Sementara mereka juga ingin tetap dicintai dan disayangi oleh istri. Suami tetap ingin diinginkan, dirindukan, dirawat, dimanjakan dan dibuat bahwa apapun yang dilakukannya di luar rumah selalu dipuja dan dihargai karena mereka pikir yang mereka lakukan adalah demi orang-orang yang dicintainya: istri dan anak-anaknya.

Sayangnya saat mereka terlalu larut dalam kesibukannya, istri akan merasa tidak lagi dicintai oleh suami, sehingga yang didapatkan suami pada akhirnya adalah sang istri yang berhenti mencintai hal-hal positif dalam dirinya dan mulai mengkritik hal-hal negatifnya. Kemudian suami akan merasa dituntut melakukan perubahan. Padahal makhluk yang disebut pria tidak menyukai diatur untuk melakukan perubahan. Lebih-lebih jika perubahan itu diusahakan oleh sang istri dengan air mata.

"Pelajaran penting pertama menjadi seorang istri adalah, jangan menuntut suami berubah menjadi seseorang yang kita inginkan, misalnya menjadi seseorang yang romantis, penuh perhatian, selalu memberi kejutan, dan sebagainya. Terimalah dia apa adanya dan ketimbang merubah suami, lebih baik ubahlah diri menjadi istri yang pantas mendapatkan semua itu darinya. Menerima apa adanya bukan berarti tidak peduli dengan segala kekurangannya, melainkan menerima kekurangan dan bisa mentolerirnya."

Bagi pria, hidup seharusnya merupakan suatu serangkaian kesuksesan. Dan seharusnya seorang istri bisa memberikan rasa aman, rasa puas akan dirinya, selalu mendukungnya, selalu menghargai dan percaya tindakannya adalah bagian dari upaya menuju kesuksesan. Istri juga diharapkan selalu bisa mengerti keinginannya meski tanpa diutarakan sekalipun seperti keinginan untuk disayang dan dimanja. Yang juga bisa merubah mereka tanpa membuat mereka merasa seperti boneka yang digerakkan. Sehingga wajar jika mereka tidak suka ketika merasa menjadi anak buah kapal dimana istrinya sebagai kaptennya karena selalu menuntut perubahan padanya.

Sebenarnya ketika suami mendambakan kesabaran istri, menghendaki istri selalu mengerti apa yang dilakukannya, bahkan ingin dimanjakan oleh hal-hal kecil yang dilakukan istrinya seperti dibuatkan kopi sepulang kerja, dipijati punggungnya, bukan berarti para suami ini adalah makhluk–makhluk patriarkis yang sedang menjajah istrinya. Malah sebaliknya, itu hanyalah cerminan dari kelemahan pria.

Betapa suami membutuhkan istrinya (padahal pria paling anti menunjukkan kebutuhan karena itu dianggapnya suatu kelemahan), betapa suami membutuhkan rasa aman dan nyaman dalam pelukan dan curahan sayang istrinya, betapa suami membutuhkan rasa bangga diri dan kepuasan atas segala kehebatan dirinya yang hanya bisa didapatkan dari istrinya. Tidak peduli istrinya adalah seorang wanita karir atau bukan, kebanyakan suami menginginkan istri menjalankan perannya sebagaimana mestinya.

"Pelajaran penting kedua adalah istri yang baik itu seharusnya tidak pernah berhenti mencintai, menghargai dan membanggakan suaminya. Adalah ia yang tidak pernah berfikir bahwa suami meniadakan eksistensinya atau melakukan tindakan yang menyepelekan dirinya atau melakukan pelanggaran hak asasi terhadap dirinya atas pemenuhan keinginan suami. Ia yang justru melihat kebutuhan itu sebagai bentuk kecintaan suami padanya."

Saya bukan sedang membela para suami dengan membenarkan mereka berhenti mencintai istri ketika merasa tidak lagi dicintai. Saya justru sedang membantu para istri supaya tidak kehilangan cinta atas suaminya...

(Lagi-lagi, saya sedang terserang sindrom sok bijak ketika menuliskannya. Hihi ^^)

NB:
Untuk sahabat Mel yang sedang bermasalah dengan rumah tangganya, semoga cepat menemukan solusi terbaik...Amin

0 comments: